Mostafa Rajaei, seorang atlet angkat besi Iran terkemuka, kini tengah menjadi pusat kontroversi setelah berjabat tangan ramah dengan pesaing Israel, Maksim Svirsky, selama Kejuaraan Angkat Besi World Masters yang diadakan di Polandia. Tindakan tersebut membuat Rajaei dikenai larangan seumur hidup dalam dunia olahraga.
Atlet Iran Juara Dua
Rajaei, yang sebelumnya telah mewakili Iran dalam kompetisi internasional, berhasil meraih posisi kedua yang mengesankan dalam kelompok usia Pria di atas 35 tahun dalam divisi 109kg pada kejuaraan tersebut. Tidak dapat diabaikan, ia bahkan menghancurkan rekor dunia angkatan bersih dan tolak peluru, dengan mengangkat beban luar biasa seberat 195kg, melampaui rekor sebelumnya yang dipegang oleh Ferenc Gyurkovics dari Hungaria pada tahun 2014 dengan angkatan 194kg.
Melalui Instagram, Rajaei menyampaikan rasa terima kasihnya, mengakui tantangan yang dihadapinya akibat cedera siku. Ia berbagi, “Saya tidak bisa berlatih dengan baik karena sakit di siku saya. Tetapi dalam dua detik kerja Tuhan dan rasa syukur, saya menjadi yang pertama dan menggeser rekor dunia sebanyak satu kilogram. Saya meraih posisi kedua secara keseluruhan. Terima kasih kepada semua yang telah membantu saya dalam perjalanan ini.”
Namun, momen perayaan Rajaei di podium berubah menjadi keburukan ketika ia berjabat tangan dengan Maksim Svirsky, atlet Israel. Kejadian ini memicu kontroversi karena Iran tidak mengakui Israel dan melarang segala bentuk kontak antara atlet Iran dan Israel.
Konsekuensi dari interaksi yang tampaknya sepele ini sangat berat
Federasi Angkat Besi Iran dengan cepat memberlakukan larangan seumur hidup pada Rajaei, menyebut tindakannya sebagai tindakan yang “tidak bisa dimaafkan.” Selain itu, Hamid Salehinia, kepala tim Iran dalam acara tersebut, dipecat. Federasi juga membubarkan komite yang bertanggung jawab atas perwakilan atlet angkat besi veteran di negara tersebut.
Dalam pernyataan yang dikutip oleh lembaga berita negara IRNA, federasi mengumumkan, “Federasi angkat besi memberlakukan larangan seumur hidup bagi atlet Mostafa Rajaei untuk masuk ke semua fasilitas olahraga di negara ini dan memberhentikan kepala delegasi untuk kompetisi tersebut, Hamid Salehinia.”
Menurut IRNA, tindakan Rajaei dianggap telah “melanggar garis merah Republik Islam.” Delegasi Iran dikirim ke acara tersebut dengan dukungan federasi, sehingga menjadikan insiden ini semakin kontroversial.
Rajaei, mantan anggota tim nasional Iran, sebelumnya pernah mewakili negaranya dalam Kejuaraan Angkat Besi Asia pada tahun 2015 di Thailand.
Insiden ini memperlihatkan ketegangan berkepanjangan antara Iran dan Israel dalam dunia olahraga. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, sebelumnya telah mendorong para atlet untuk menghindari interaksi dengan perwakilan Israel untuk meraih medali. Larangan ini telah mendorong strategi penghindaran kreatif, seperti diskualifikasi atau memberikan sertifikat medis yang menyatakan bahwa mereka sedang sakit, untuk mencegah atlet Iran bertemu dengan atlet Israel dalam kompetisi.
Kejadian yang melibatkan Rajaei menjadi pengingat tegas bagaimana ketegangan politik dapat berbenturan dengan dunia olahraga, menghasilkan konsekuensi yang jauh merambah bagi para atlet dan komunitas olahraga secara keseluruhan.